Guru Syuradikara dan Workshop Nasional, Perlukah?
- Eto Kwuta
- Nov 29
- 5 min read
Updated: 4 days ago

Para guru dan tenaga kependidikan SMA Swasta Katolik Syuradikara berpartisipasi aktif dalam acara “Workshop Nasional tentang Strategi Peningkatan Mutu Pembelajaran Melalui Manajemen Kelas Dan Pembelajaran Mendalam” pada Sabtu, 29 November 2025.
Hadir sebagai narasumber workshop adalah Prof. Anita Lie, Ketua Program Studi Doktor Pendidikan Bahasa Inggris Unika Widya Mandala Surabaya.
Untuk itu, Penulis mencoba melihat beberapa sisi penting tentang substansi workshop dan mengangkat nilai-nilai luhur mengapa workshop dilakukan dan untuk apa?
Beberapa tahun belakangan, SMAK Syuradikara mendatangkan para akademisi hebat dengan gelar profesor yang unggul di bidang mereka masing-masing. Tujuannya adalah memotivasi dan memperkuat pemahaman serta keterampilan praktis para guru dan tenaga kependidikan SMAK Syuradikara untuk meningkatkan mutu pembelajaran melalui manajemen kelas dan pembelajaran mendalam.

Bruder Kristianus Riberu, SVD, Kepala SMAK Syuradikara menyatakan, kegiatan workshop menjadi kegiatan wajib setiap tahun. “Tujuannya untuk memotivasi para guru dan tenaga kependidikan dalam memaknai tugas mendidik sebagai panggilan nurani untuk menyiapkan anak-anak bangsa menuju hidup yang lebih baik,” kata Bruder Kris saat diwawancarai media ini.
Workshop ini dibuka dengan sambutan dari Abdurahman Rasyid, Kepala Dinas Pendidikan Cabang 5 NTT, yang menekankan pentingnya kreativitas dan keterampilan guru dalam memanajemen kelas, sebagai pilar utama untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.
Abdurahman memberi pernyataan, masyarakat NTT sangat mempercayai lembaga pendidikan sebagai rumah untuk mempertajam pikiran, mendewasakan iman, serta merawat relasi sosial. Diketahui, para guru dan tenaga kependidikan SMAK Syuradikara sangat berpartisipasi aktif selama workshop berlangsung.
Tidak sedikit pula pertanyaan-pertanyaan kritis yang diajukan oleh guru kepada Prof Anita tentang strategi-strategi praktis dalam upaya memanajemen kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Secara umum, Prof. Anita membagikan beberapa strategi sederhana yang baik untuk diterapkan dalam upaya memanajemen kelas pada saat proses pembelajaran.
Siapa? Mengapa? Untuk Apa?
Manajemen kelas merupakan usaha kreatif setiap guru untuk menciptakan suasana ruang belajar yang kondusif agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif. Manajemen kelas tidak hanya tentang disiplin waktu, silentium, ataupun mengerjakan soal latihan dengan tepat waktu, tetapi lebih dari itu, merupakan usaha menciptakan rasa nyaman, relasi sosial yang baik, serta metode pembelajaran yang kontekstual, agar proses pembelajaran di kelas menjadi efektif.
Manajemen kelas menjadi fondasi penentu keberhasilan transfer ilmu pengetahuan serta pembentukan karakter peserta didik. Setiap Guru dituntut untuk menjadi mediator serta motivator yang kreatif dan inovatif.
Prof. Anita Lie menawarkan tiga kata tanya sebagai filosofi dasar untuk usaha pengembangan manajemen kelas yang efektif, yakni siapa, mengapa, dan untuk apa.
Pertama, siapa. Kata “siapa” merujuk pada pribadi setiap peserta didik dalam kelas. Setiap guru dituntut untuk memahami dengan baik tentang karakter, latar belakang, serta psikologi setiap peserta didik. Hal ini akan membantu setiap guru dalam proses pendampingan, baik secara intelektual maupun karakter. Setiap guru dituntut membuat pendekatan personal yang baik dengan setiap peserta didik.
Kedua, mengapa. Kata “mengapa” merujuk pada esensi setiap proses pembelajaran. Setiap guru dituntut memahami dengan baik manfaat dari setiap proses pembelajaran yang dibuat bersama peserta didik. Hal ini bertujuan agar setiap proses pembelajaran yang dibuat, memberikan dampak yang signifikan bagi perkembangan pribadi peserta didik.
Ketiga, untuk apa. “Untuk apa” merujuk pada tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Setiap guru dituntut untuk merefleksikan dan memahami dengan baik tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dari seluruh rangkaian pembelajaran yang dibuat bersama peserta didik. Dalam konteks ini, guru hendaknya menyiapkan serta menerapkan metode pembelajaran yang kontekstual dengan keadaan reel peserta didik, agar langkah-langkah pembelajaran dapat diimplementasikan dengan baik.
Mindfull, Meaningfull, Joyfull
Proses pembelajaran sering kali terasa seperti perjalanan mendaki gunung yang indah, namun dikelilingi oleh jurang-jurang yang dalam. Terasa menantang dan membuat putus asa, namun keindahannya memberi motivasi dan keharusan untuk berusaha. Namun demikian, yang lebih indah dari semua itu adalah ketika perjalanan itu disadari, dihargai, dan dinikmati. Keindahannya akan terasa nikmat, bermakna, dan menyenangkan.
Mindfull, meaningfull, dan joyfull menjadi tiga poin penting yang dianjurkan Prof. Anita sebagai faktor penunjang efektivitas setiap proses pembelajaran.
Pertama, mindfull. Mindfull merujuk pada aspek kesadaran dalam proses pembelajaran. Kesadaran setiap peserta didik tidak hanya tentang tidak tidur saat proses pembelajaran, tetapi lebih daripada itu tentang kemauan serta rasa ingin tahu untuk terlibat aktif dalam setiap proses pembelajaran yang dibuat.
Kedua, Meaningfull. Meaningfull merujuk pada aspek pemaknaan dalam setiap proses pembelajaran. Setiap proses, kalimat, kata, bahkan mimik wajah selalu memiliki makna. Setiap orang mampu menyerap makna dari setiap proses yang dilalui bila kemauan itu ada tanpa paksaan. Setiap guru hendaknya mampu menghantar peserta didik sampai pada tahap pemaknaan terhadap setiap proses yang dilakukan. Pemaknaan yang baik terhadap setiap proses akan membawa perubahan yang lebih baik kepada setiap peserta didik, baik secara intelektual maupun karakter.
Ketiga, Joyfull. Joyfull merujuk pada aspek pembelajaran yang menggembirakan. Aspek menggembirakan dalam proses pembelajaran bukan tentang situasi bebas bagi para peserta didik untuk berekspresi secara sebebas-bebasnya, tetapi tentang proses pembelajaran yang menyenangkan sehingga membuat peserta didik menjadi tertarik untuk berpartisipasi aktif. Guru dituntut untuk kreatif menciptakan permainan-permainan yang inspiratif, sebagai selingan dalam proses pembelajaran untuk mencairkan suasana kelas menjadi lebih nyaman serta kondusif.
Guru sebagai Pewarta, Pendoa, dan Orang Tua
Kegiatan workshop ini ditutup dengan motivasi akhir dari Br. Kristianus Riberu, Kepala SMAK Syuradikara Ende. Br. Kris menekankan pentingnya panggilan guru bukan hanya sebagai pengajar ilmu pengetahuan dan pembentuk karakter peserta didik, tetapi juga sebagai pewarta, pendoa, dan juga sebagai orang tua bagi setiap peserta didik.
Pertama, guru sebagai pewarta. Setiap guru yang ada di Syuradikara dituntut untuk menjadi pewarta Sabda Tuhan bagi para peserta didik. Hendaknya, Sabda Tuhan selalu ada dalam setiap tutur kata yang diucapkan oleh para guru selama proses pembelajaran berjalan. Setiap kata yang meneguhkan hati dan menyegarkan jiwa akan memberi kesan yang bersahaja bagi setiap peserta didik tentang para guru dan lembaga pendidikan ini. “Sebagai guru yang mendidik di lembaga misi, kita harus mewartakan Sabda Tuhan dalam setiap kata yang kita sampaikan kepada peserta didik,” tegas Bruder Kris.
Kedua, guru sebagai pendoa. Setiap guru di Syuradikara dituntut juga untuk menjadi pendoa yang saleh bagi semua peserta didik yang dibimbing. Bruder Kris menegaskan agar segala proses pembelajaran selalu dibawa dalam doa setiap hari. “Setiap guru hendaknya menjadikan Tuhan sebagai guru utama, agar segala proses yang dilalui bersama peserta didik itu berjalan baik dan berdampak baik untuk perkembangan peserta didik”.
Ketiga, guru sebagai orang tua. Bruder Kris meminta semua guru, supaya berani berkorban dan meluangkan waktu lebih, serta berani menjadi orang tua bagi peserta didik yang dibimbing. Setiap peserta didik memiliki latar belakang dan situasi keluarga yang berbeda-beda. Banyak peserta didik terindikasi kurang mendapat perhatian baik sebagai seorang anak dalam keluarga. Setiap guru dituntut untuk mampu menjadi orang tua yang baik bagi peserta didik yang mengalami pengalaman tersebut.
Peran guru sebagai orang tua bagi setiap peserta didik akan sangat membantu perkembangan pribadi peserta didik dalam proses pendidikan di sekolah.*
*Bruno Kefi, SVD adalah frater SVD yang sedang menjalankan masa top di SMAK Syuradikara.



















Comments