
Ende, Syuradikaranews.com - Theresia Kariani Yolin (21) yang disapa Riani, mantan anak Komunitas Sastra Kune Bara Syuradikara, berhasil meraih juara dua lomba penulisan jurnal antar kampus.
Gadis manis dari Kampung Munde yang terletak di Kabupaten Manggarai Timur ini adalah alumni Syuradikara angkatan 65 yang sekarang mengenyam pendidikan di Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah. Ia mengambil jurusan Hubungan Internasional.
“Saya dan teman mengikuti perlombaan penulisan jurnal yang diselenggarakan oleh HMP HI UKSW di mana banyak kampus di Indonesia juga ikut serta,” katanya via WhatsApp beberapa waktu lalu.
Dalam perlombaan tersebut, kata Yolin, mereka mengangkat tema besar “Peluang dan Tantangan Indonesia sebagai Ketua ASEAN Summit 2023”.
Berkaitan dengan tema besar tersebut, Yolin bilang, ia dan rekannya membuat tulisan dengan judul “Meninjau Keuntungan dan Tantangan Indonesia selaku Ketua ASEAN Summit 2023 atas Kerja Sama IMT-GT dalam Kaitan BRI (Belt and Road Initiative)”.
“Agar sampai ke tahap final kami melalui beberapa tahap sebelumnya yaitu pertama seleksi abstrak, kedua pengumpulan jurnal yang kemudian diseleksi menuju 5 besar atau final,” jelasnya.

Pada tahap tersebut, Yolin menambahkan, mereka mempresentasikan hasil penelitian bersama teman-teman dari Universitas Brawijaya, Universitas Bosowa, Universitas Darussalam Gontor, dan Universitas Kristen Indonesia.
Di tahap final terdiri dari tiga dewan juri yang memberikan penilaian, yaitu dosen dari UGM, UNDIP, dan UKSW.
“Suatu kebanggaan saya dan teman saya mendapatkan peringkat kedua. Tentunya dalam perlombaan ini memberikan banyak pelajaran bagi saya dan rekan saya dalam hal penulisan, dan paling penting lagi adalah kemampuan bekerja sama dalam tim,” tandasnya.
Walaupun dalam satu tim hanya terdapat dua orang saja, namun lanjut Yolin, terkadang ego menjadi hal yang dapat menghalangi keberlangsungan kegiatan yang sedang dijalankan bersama. Di sisi lain, melalui kegiatan demikian, kemampuan berpikir kritis semakin dipertajam untuk memecahkan persoalan yang diangkat dalam tulisan.
Bangga Jadi Bagian KSKB
Saat mengenyam pendidikan di SMAK Syuradikara, Yolin bilang, ia bangga karena aktif dalam Komunitas Sastra Kune Bara Syuradikara bersama teman-teman lainnya.

“Komunitas ini memberikan banyak pelajaran dan pengalaman baik untuk saya melalui program-program yang dijalankan. KSKBS sangat membekas di hati saya, karena di situ banyak hal yang dilakukan seperti membedah film dan novel, menulis puisi dan cerpen,” ungkapnya.
Ia merasakan banyak dampak baik ketika sudah berada di bangku kuliah yaitu meningkatnya rasa percaya diri ketika berbicara di depan umum.
“Itu bukan lagi hal yang baru, tapi hal biasa dan saya menjadi lebih peka dengan lingkungan sekitar sehingga kemudian mencoba menuangkan ke dalam tulisan, mudah membangun relasi dengan orang lain, dan mempunyai basis dalam hal penulisan,” kisahnya, mengenang masa bersama di KSKBS.
Selain aktif dalam Komunitas Sastra Kune Bara, Yolin juga mengatakan, ia berpartisipasi dalam penulisan untuk majalah Suara Syuradikara.
“Dari dua hal inilah yang mendorong saya suka menulis yang kemudian menjadi bekal dan saya kembali kembangkan di bangku kuliah,” katanya.
Pesan untuk Almamater
Walaupun menjadi bagian dari alumni yang masih sangat muda, Yolin meminta supaya SMAK Syuradikara mesti beradaptasi dan berkolaborasi dengan lembaga lain dan menyesuaikan dengan kemajuan yang ada dalam dunia pendidikan.
SMAK Syuradikara sebagai salah satu sekolah yang berkualitas, kata dia, harus semakin menanamkan nilai kejujuran dan kerja keras bagi siswa-siswi dalam belajar.
“Artinya siswa-siswi diajarkan untuk berusaha dahulu dengan mengandalkan kemampuan pribadi agar bisa memperoleh apa yang ingin mereka dapatkan,” jelasnya sembari mengajak supaya lembaga memanfaatkan teknologi sebagai penunjang kebutuhan.
Yolin menambahkan, SMAK Syuradikara juga harus melakukan penguatan literasi siswa-siswi dengan menanamkan kesadaran bahwa literasi merupakan satu kebutuhan primer yang mesti ada dalam diri.
“Literasi sangat berpengaruh baik dalam membentuk pribadi yang mampu berpikir kritis dalam memecahkan persoalan yang ada,” katanya.
Usia 70, lanjut dia, bukan lagi usia yang muda untuk sebuah lembaga pendidikan seperti SMAK Syuradikara; sehingga sebagai salah satu alumni, ia berharap agar warga SMAK Syuradikara selalu menjaga nama baik lembaga dengan menjadikan nilai-nilai yang tertanam di dalamnya sebagai dasar.
“Usia 70 merupakan usia yang sangat matang sehingga diharapkan warga Syuradikara dapat menebarkan semangat yang positif bukan hanya dalam lembaga, tetapi untuk masyarakat,” pungkasnya.*
Comments