top of page
Writer's pictureEto Kwuta

Pendidikan Humanis dalam Catatan Romo Edu

Romo Edu memberikan sharingnya di Aula Biara Santo Mikael

SMAK Syuradikara dan SMKS Katolik Syuradikara mengundang Romo Edward Ratu Dopo, SJ menjadi pembicara dalam refleksi Pedagogi Kasih di Aula Biara Santo Mikael, Syuradikara, Rabu (27/08/2023).


Kegiatan yang diinisiasi oleh Ikatan Alumni Syuradikara (IAS) Nusantara ini menjadi ruang mendengarkan pengalaman kasih itu sendiri.


Romo Eduard bilang, orang Indonesia selalu menunggang sejarah. Jadi, kata dia, kalau anak-anak dikembangkan secara sungguh-sungguh dan optimal, maka sekolah itu akan menjadi tempat kaderisasi.


"Mereka yang sekarang seperti ini, mereka akan mengisi pos-pos penting di tengah masyarakat dan akan berguna bagi banyak orang," katanya.


Ia mempertanyakan, tradisi apa yang dikembangkan oleh sekolah tersebut?


Tradisi Humanistik


Romo Edu menggarisbawahi terkait Model Paris dan Model Ignasian lewat latihan dan pembentukan terus-menerus dan konstan. Dari pedagogi Ignasian, lahirlah para filsuf besar seperti Rene Decartes, Voltaire, Martin Heidegger, Michael Foucalt, dan lain-lain.


"Penting sekali soal kemampuan membaca ke depan. Kita tidak menciptakan orang-orang yang ekstremis, introver, atau saleh sekali tapi tidak berguna bagi orang lain," kata Romo Edu.


Pendidikan Katolik, kata dia, harus lebih humanis dan bukan agamais. Misalnya, SMAK Syuradikara, sudah mencetak alumni yang juga datang dari berbagai latar belakang.


Jika melihat kepada kurikulum, sebagaimana contoh, Yesuit tidak membuat kurikulum sendiri, tetapi lebih dengan cara meresapi daripada dengan menambah atau mengubah, kata dia.


"Jadi kita harus tetap setia pada tradisi humanistik Gereja atau tradisi humanistik religius," katanya lagi.


Romo Edu juga menegaskan bahwa hendaknya watak atau otak tetap menjadi vokal poin yang menggerakkan semua elemen di dalam lembaga pendidikan itu sendiri.



Menurut imam asal Mataloko ini, pengalaman juga berbicara banyak sehingga dengan sendirinya, pengalaman itu juga menjadi vokal point.


"Pengalaman itu tak bisa terbantahkan," katanya sambil mengajak semua warga SMAK Syuradikara untuk belajar dari pengalaman.


Maka, kata dia, guru harus menunjukkan anak-anak tentang bulan. Artinya, anak-anak dituntun untuk mencari ilmu pengetahuan dan mengalaminya (mengalami bulan dengan segenap cahayanya itu).


"Show me the moon adalah permintaan anak-anak dan bukan guru-guru. Maka, pedagogi adalah kita mendampingi anak-anak," tutupnya.

48 views0 comments

Comments


bottom of page