top of page

Buka Puasa Bersama Pesantren Walisongo, Syuradikara Jadi Tempat Penyemaian Benih-benih Toleransi

Ustaz Ginanjar membawa ceramahnya tentang toleransi/Syuradikara.sch.id

Ende, Syuradikara.sch.id – Anak-anak OSIS dan MPK SMA Swasta Katolik Syuradikara telah menunggu kedatangan rombongan komunitas Pesantren Walisongo di depan pendopo sekolah pada Senin, 08 April 2024 sore.


Tak berselang lama, mereka tiba dengan senyum membungkus indah dari wajah mereka yang bahagia.

Sementara itu, pemandangan unik muncul. Beberapa siswa SMA Swasta Katolik Syuradikara mengenakan hijab dan songkok yang memberi kesan indah dipandang mata. Mereka itu beragama Islam dan hadir untuk berbuka bersama.


“Pak, abadikan kami momen ini dulu,” kata Kayla, siswi Kelas XII IPA.

Ia bersama empat teman lainnya begitu bahagia. Mereka langsung bergaya di depan kamera handphone Redmi 10 Pro. Setelah usai, terdengar ucapan terima kasih dari mereka.


Saya langsung menuju Aula Mini untuk mengabadikan momen perjumpaan di dalam ruangan. Di situ, mereka yang berjumlah 40-an orang duduk lesehan di atas karpet merah.


Tak menunggu lama, acara yang dipandu oleh OSIS pun mulai berjalan. Cinta, salah seorang siswi, membuka salam dan menyapa Bruder Kepala Sekolah, Ustaz, bapak-ibu guru yang hadir, adik-adik pesantren, hingga rekan-rekan OSIS yang juga ikut bergabung.



Setelah menyapa hadirin, Cinta mengundang Bruder Kristianus Riberu, SVD, Kepala SMA Swasta Katolik Syuradikara untuk menyampaikan pesan-pesan perjumpaan di awal acara Buka Puasa Bersama.


“Kegiatan semacam ini selalu kita buat setiap tahun, kita buka bersama, doa bersama menyongsong Idul Fitri,” kata Bruder Kris.


Ia mengatakan, sejak berdirinya SMA Swasta Katolik Syuradikara, para bapa pendiri sudah berpikir supaya Syuradikara jadi tempat menyemaikan benih-benih perbedaan dan menumbuhkan sikap toleransi.


Syuradikara, kata dia, tak hanya menjadi tempat belajar tetapi menjadi ruang menabur kebaikan dan menerima segala perbedaan pun menimba kekuatan bersama-sama.


Syuradikara: Tempat Penyemaian Benih Toleransi


Bruder Kris menambahkan, SMA Swasta Katolik Syuradikara bukan cuma satu bangunan gedung yang luas, tetapi merupakan tempat penyemaian benih-benih toleransi.


“Kita dilatih untuk menghargai satu dengan yang lain, mencintai keberagaman, sehingga di sini ada yang Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha,” ungkap Bruder Kris.


Hubungan SMA Swasta Katolik Syuradikara dan Pesantren Walisongo, kata Bruder Kris, sebagai adik dan kakak yang merasa memiliki rumah besar secara bersama.


“Kalau sudah jenuh di Pesantren dan mau kunjung, kontak dengan Bruder dan kakak-kakak OSIS supaya datang ke Syuradikara,” ajaknya.


Sementara Ustaz Ginanjar, pendamping anak-anak Pesantern Walisongo, mengatakan, momen menjelang Ramadhan adalah momen penuh berkat yang dirayakan secara bersama.


Ustaz Ginanjar memberikan pesan menyentuh kepada hadirin

“Satu bulan ini semua menikmati. Kemarin ada yang viral di medsos, ada yang berebutan takjil hingga ada pro-kontra, inilah indahnya bunga-bunga kehidupan di bulan Ramadhan,” katanya dalam ceramah.


Ia menegaskan, betapa sangat berbahagia semua orang merayakan bulan Ramadhan, apalagi momen ini berbarengan dengan Paskah, Hari Raya Kebangkitan Kristus.


“Oleh karena itu, kita sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan,” katanya.


Menurutnya, dalam Alquran, ajakan berpuasa bukan hanya ditujukan kepada umat Muslim saja, tetapi kepada semua yang beriman.


“Allah tidak memerintahkan, berpuasalah bagi orang-orang Muslim, tetapi digambarkan berpuasalah untuk orang-orang beriman,” kisahnya mengutip Alquran.


Untuk menyikapi sikap dan aksi toleransi, lanjut dia, kata toleransi bukan hanya sebuah kata biasa, melainkan sebuah tindakan untuk hidup bersama.


“Maka kita rasa bangga karena saat orang lain masih menganggap toleransi sebagai visi, tapi kita sudah buktikan menjadi misi, seperti hari ini,” tutupnya.*

bottom of page