top of page

Ikut Mendoakan Paus Fransiskus, Keluarga Besar SMA Katolik Syuradikara Gelar Misa Requiem

Misa Requiem untuk mendoakan keselamatan jiwa Bapa Paus Fransiskus, Rabu, 23 April 2025.
Misa Requiem untuk mendoakan keselamatan jiwa Bapa Paus Fransiskus, Rabu, 23 April 2025.

Ende, Syuradikara.sch.id – Keluarga besar SMA Katolik Syuradikara mendoakan Paus Fransiskus lewat Misa Requiem yang berlangsung di Kapela Santo Mikael Syuradikara, Rabu, 23 April 2025.

Misa dipimpin oleh Pater Naris Tonbesi, SVD sebagai konselebran didampingi Koordinator Pastoral Sekolah, Pater Aris Mada, SVD dan juga Pater Elias Doni, SVD sebagai perwakilan dari Biara Santo Mikael Syuradikara.

Dalam kotbahnya, Pater Aris Mada, SVD menegaskan soal wafatnya Paus Fransiskus bukan hanya menjadi cerita dua murid yang berjalan ke Emaus, tapi juga menjadi cerita semua orang.

Pater Aris Mada, SVD saat membawakan pesan kotbahnya yang menyentuh
Pater Aris Mada, SVD saat membawakan pesan kotbahnya yang menyentuh
“Ini bukan hanya cerita dua murid di jalan ke Emaus, tapi juga cerita kita semua,” kata Pater Aris Mada.

Paus Fransiskus, lanjut dia, memiliki nama asli Jorge Mario Bergoglio dan lahir di Flores, Buenos Aires, Argentina pada 17 Desember 1936 dan wafat pada Senin, 21 April 2025 lalu.

Foto Bapa Paus Fransiskus ditempatkan di depan altar Kapela Santo Mikael Syuradikara
Foto Bapa Paus Fransiskus ditempatkan di depan altar Kapela Santo Mikael Syuradikara

Lebih jauh, Paus Fransiskus merupakan sosok yang ikut memberikan pengaruh besar dalam sejarah Gereja abad ini karena Ensiklik Laudato Si yang berbicara tentang pertobatan ekologis, juga kepeduliannya dengan kaum migran, orang terpinggirkan, dan lain-lain.

Diceritakan kembali, Paus Fransiskus pernah berkhotbah pada 24 Mei 2017 dan merefleksikan dua murid yang berjalan ke Emaus sebagaimana dibacakan dalam Injil hari ini.

Pertama, awalnya para murid kecewa dan sedih, harapan mereka hancur, tapi dalam keadaan itu Yesus datang menemani mereka yang tidak sadar, saat Yesus memecahkan roti, mereka baru sadar. Menurut Paus, peristiwa ini disebut terapi harapan yang diberikan Yesus untuk para murid dan semua umat manusia.

Kedua, harapan sejati lahir dari pengalaman kegagalan, bukan dari keberhasilan-keberhasilan semata.


Ketiga, Yesus menjadi sosok yang diam-diam berjalan dengan kita, mendengar, dan menemani kita.

Keempat, Ekaristi adalah simbol kehidupan Kristus. Kita diambil untuk diberkati, dipecahkan, dan dibagi-bagikan. Kelima, Gereja harus hadir mendengarkan luka-luka umat dan merajut kembali penderitaan itu.

Pater Aris juga menambahkan, Misa Requiem Paus Fransiskus menjadi bentuk belasungkawa sekolah Katolik milik Serikat Sabda Allah atau SVD atas wafatnya Bapa Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma.

“Saya kira bukan hanya Syuradikara dan orang Katolik saja, tapi seluruh umat di dalam nama kemanusiaan ikut merasakan kehilangan sosok yang luar biasa ini,” ungkapnya.

Anselmus Bogar, guru dan pendidik SMAK Syuradikara mengatakan, Misa Requiem Paus Fransiskus membawa dirinya merenungkan sosok Paus Fransiskus sebagai pribadi yang sederhana dan rendah hati.

Paus Fransiskus terbaring dalam peti yang sederhana. Ia sendiri juga meminta dirinya dikuburkan pula dengan cara sederhana.
Paus Fransiskus terbaring dalam peti yang sederhana. Ia sendiri juga meminta dirinya dikuburkan pula dengan cara sederhana.

“Menurut saya, sebagaimana pesan kotbah Pater Aris, Paus Fransiskus memang menjadi tokoh Gereja Katolik yang fenomenal dan menginspirasi banyak orang dari agama lain,” katanya saat diwawancarai usai Misa Requiem di Naungan Hijau Satu Syuradikara.

Ditambahkannya, Paus Fransiskus membawa keluar Gereja dari kakunya ajaran sosial Gereja dan mesti menjadi saksi harapan di tengah dunia yang terluka.

“Selamat jalan Bapa Paus Fransiskus, dari Syuradikara kami mendoakan kepulanganmu. Jadilah santo bagi kami,” pungkasnya.* (EK)


Kommentare


bottom of page