top of page
Writer's pictureEto Kwuta

Merayakan Kelulusan dari Jepang


Betharia S. Minu, biasa disapa Ari dan Flady F. F. Abubakar Pae, disapa Bombi, adalah dua sosok anak-anak alumni SMAK Syuradikara yang telah berhasil memanfaatkan ruang dan kesempatan belajar dengan baik.


SMAK Syuradikara pada masa kepemimpinan Pater Stefanus Sabon Aran, SVD, telah mengutus keduanya untuk belajar di Nanzan University, Jepang. Mereka adalah Pahlawan Utama, generasi emas yang hidup pada masa di mana arus digitalisasi semakin kencang dan deras.


Ari dan Bombi telah membuktikan bahwa, mereka mampu berprestasi di level internasional dan telah mengharumkan nama orang tua, guru, pendidik, sahabat, sekolah, dan para penjasa.

Satu hal yang mesti diingat adalah keduanya berprestasi di SMAK Syuradikara, Ende. Bukan tanpa proses belajar. Jika ditelisik, Bombi adalah pribadi cerdas. Begitu pula dengan Ari. Keduanya direkomendasikan sekolah untuk "bertarung" dengan sesama anak-anak lain dari sebagian besar negara Asia. Hasilnya luar biasa.



Apa pun yang sudah dilakukan Ari dan Bombi, semua proses sejak di Ende menuju Jepang, adalah karya nyata bagaimana sekolah mesti memberikan ruang penuh kepada anak-anak atau peserta didik. Sekolah yang menuntun anak-anak menemukan diri dalam kegiatan sekolah.


Banyak orang di luar patut berbangga karena SMAK Syuradikara melahirkan orang-orang sukses. Ada yang jadi bupati, kepala dinas, wakil bupati, politikus andal, guru, pengusaha, petani sukses, aktor dan aktris, dan pelbagai profesi lainnya.


"Kunci kesuksesan ada pada memanfaatkan ruang dan waktu dengan baik," kata salah seorang Akademisi, yang kini bekerja di Jepang.



Menunjukkan Eksistensi


Logika pendidikan mesti menunjukkan eksistensinya secara valid dan bermutu. Tentu, SMAK Syuradikara berada pada visi itu. Dalam konteks Ari dan Bombi, ketika alumni berhasil, maka saat bersamaan, SMAK Syuradikara juga berhasil.


Pada bagian ini, pendidikan itu telah beradab dan menjadi daya dorong yang mengencangkan kualitasnya dari waktu ke waktu. Ketika nama besar SMAK Syuradikara menjadi cerita yang indah, maka keluarga besarnya, para guru, kepala sekolah, pendidik, pegawai, anak-anak didik, merasakan bahwa, mereka ikut eksis.


Konsep ini disebut dengan "manajemen diri yang eksis" untuk selalu menjadi baru dari waktu ke waktu. Apa yang sudah menjadi prestasi Bombi dan Ari, itu juga menjadi prestasi bersama.



Dengan segala rasa syukur dan hormat, mewakili Keluarga Besar SMAK Syuradikara Ende, Bruder Kepala SMAK Syuradikara, Kristianus Riberu, SVD, mengucapkan profisiat untuk Ari dan Bombi yang sudah menyelesaikan wisudanya.


"Proficiat buat Bombi dan Ari. Kalian hebat karena telah berjuang dan habis tepat waktu. Terus maju dan bawa nama baik keluarga juga almamater di kancah internasional dan di mana saja kalian berada. Terima kasih karena telah bikin bangga kita semua".*

244 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page