top of page

Sharing Praktik Baik, Ibu Yeni Sama Dorong Pembelajaran Berdiferensiasi di SMAK Syuradikara


Ende, Syuradikara.sch.id – SMA Swasta Katolik Syuradikara memberi ruang kepada guru-guru penggerak untuk membagikan Sharing Praktik Baik kepada sesama guru dan pendidik lainnya, Jumat, 19 April 2024 siang.


Sharing Praktik Baik ini tidak semata dibawakan oleh guru penggerak, tetapi juga diberi ruang dan kesempatan kepada para guru dan pendidik lainnya yang belum mengikuti program Guru Penggerak.


Lupita Pemba, Ketua Koordinator Komunitas Guru Penggerak Sekolah, mengatakan, sharing ini langsung berkaitan dengan tugas pokok bapak dan ibu guru.


"Ini langsung berkaitan dengan proses pembelajaran, yang berkaitan dengan tugas pokok kita sebagai guru," kata Lupita Pemba sambil memberikan kesempatan sharing kepada Maria Aurelia Saturnina Sama yang membagikan Praktik Baik-nya mengenai "Pembelajaran Berdiferensiasi dan Sosial Emosional".



Ia bilang, ada dua tantangan dalam proses berdiferensiasi, yakni tantangan yang dihadapi oleh guru dan siswa.


"Saya sulit mengelola kelas, karena belum memenuhi kebutuhan siswa yang beragam," katanya.

Sementara tantangan siswa, kata Yeni Sama, panggilan Maria Aurelia Saturnina Sama, mereka sulit memahami pembelajaran dan berkolaborasi dengan sesama teman dan guru juga diikuti dengan minder dengan teman-teman dan sulit mengelola emosi.


Untuk menjawab situasi, mesti dibuat aksi, sehingga ia melakukan dua aksi yakni pembelajaran diferensiasi dan pembelajaran sosial emosional.


Cara merespons kemajemukan murid adalah dengan mengakomodir kebutuhan belajar siswa. Ada tiga konsep yang dikejar adalah diferensiasi konten, proses, dan produk atau hasil yang dicapai.


"Saya juga melakukan penilaian dan saya ambil penilaian formatif, jadi tidak serta merta saat ujian baru dinilai," katanya.


Ia menambahkan, dirinya memetakan kebutuhan belajar siswa melalui implementasi pembelajaran sosial dan emosional di dalam ruang kelas dan lingkup sekolah.


Setelah aksi, Yeni bilang, ia membuat refleksi berdasarkan apa yang sudah diperolehnya melalui program Guru Penggerak yang diikutinya.


"Saya berpikir, sebelum saya belajar mengimplementasikan pembelajaran diferensiasi, itu cukup susah, tetapi setelah berproses lewat kelompok, dialog, saya kemudian membuat RPP berdiferensiasi dan mempraktikkan di dalam kelas," katanya sembari menekankan pentingnya mengelola emosi dengan cara teknik STOP, Ice Breaking, dan lainnya.

Elisabet Gobhe mengapresiasi Ibu Yeni Sama setelah mendengar Sharing Praktik Baik

Sementara Elisabeth Gobhe, merespons sharing Praktik Baik rekan gurunya, bahwa perubahan secara emosional bisa terjadi karena praktik baik itu dilaksanakan dengan baik.


“Saya mengapresiasi Ibu Yeni karena sudah menonjolkan pembelajaran berdiferensiasi ini, dan pada akhirnya menemukan cara untuk mengontrol diri untuk emosi,” tutupnya.*

bottom of page